Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
TUBAN - Aksi gendam (hipnotis) yang memerintahkan korbannya untuk merusak wajah kembali terulang. Kali ini, pelaku bahkan meminta agar korban memarut muka sendiri. Peristiwa itu dulu pernah terjadi saat heboh gendam tato wajah yang menimpa dua warga Bojonegoro dan dua guru di Probolinggo beberapa waktu lalu. Lima orang petugas pemadam kebakaran (PMK) Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kabupaten Tuban rela menganiaya dirinya sendiri setelah mendapat telepon dari seseorang yang mengaku Heri Sisworo, Plt Sekretaris Daerah Kabupaten Tuban.
5 Petugas Pemadam Kebakaran Dihipnotis Parut Muka Sendiri
Mereka merusak wajahnya sendiri dengan parut (alat untuk menghaluskan buah kelapa), cor, dan pohon siwalan hingga kulitnya mengelupas. Kelima petugas PMK tersebut adalah Ahmad Soleh, Cokro, Joko Suparmo, Anang, dan Joko Sunarto. Dari kelima korban, yang mengalami luka paling parah adalah Ahmad Soleh, petugas PMK asal Kelurahan Kingking, Kecamatan Kota, Tuban yang telah merusak wajahnya dengan parut dan membentur-benturkan ke tembok cor. Mulai dari kedua pipi, kening, hidung, dan mulutnya terlihat mengelupas akibat peristiwa itu.
Ditemui di kantornya, Kamis (10/3/2011) siang, Soleh menceritakan bahwa peristiwa ini berawal saat dirinya menerima telepon dari nomor handphone (HP) 082141615XXX yang mengaku sebagai Heri Sisworo, Plt Sekda Tuban pada Minggu (6/3/2011) malam.

Pelaku pertama-tama menelepon Kantor UPT PMK Dinas PU Tuban. Setelah diterima Soleh, pelaku meminta nomor HP-nya. “Katanya, saya harus menuruti semua perkataan dia. Kalau tidak, maka saya akan dimutasi ke Kenduruan (daerah pinggiran Tuban),” ujar Soleh.

Saat menerima telepon itu, dia dan rekannya sedang berada di kantor. Namun, oleh penelepon diminta pergi ke Desa Nambangan, Kecamatan Semanding untuk melakukan ritual. Ia pun langsung meluncur ke desa tersebut menggunakan sepeda motor. Sampai di sana, masih melalui sambungan telepon, dia diminta untuk ikut melawan semua rival politik Fathul Huda (calon bupati yang menang dalam Pilkada Tuban 2011).

Dalam kesempatan yang sama, salah satu temannya yang juga petugas PMK bernama Cokro juga menerima perintah serupa. “Kemudian, dari telepon tersebut saya diminta menjadi kuda dan Cokro diminta menjadi penggembalanya. Tugasnya juga sama, yaitu diminta untuk ikut menghancurkan lawan Pak Huda dengan cara seperti ini,” imbuhnya.

Selanjutnya, Cokro mengambil kayu dan cambuk untuk menghajar Soleh. Soleh juga terus bertingkah aneh dengan menyakiti dirinya sendiri. Seperti membentur-benturkan kepala ke tembok, membenturkan ke pohon siwalan, dan merusak wajahnya menggunakan parut hingga wajahnya seperti dikuliti. “Peristiwa itu terjadi sejak pukul 21.00 WIB sampai pukul 03.00 WIB dinihari,” kisahnya.
Ia mengaku melakukan semua itu dalam keadaan tidak sadar. “Setelah sadar dan melihat kondisi wajah, saya langsung lemas. Saya sendiri heran, kenapa bisa dengan mudah menuruti semua yang diperintahkan oleh orang yang menelepon tersebut. Setelah sadar, beberapa kali saya menghubungi orang itu lagi tapi tidak diangkat,” ujarnya.

Senada diungkapkan Joko Sunarto, rekan sekantor Soleh. “Kalau saya, mendapat telepon pada Senin (7/3) siang. Awalnya, saya menerima SMS dari nomor itu (sama dengan nomor yang menelepon Soleh). Dia juga mengaku Plt Sekda dan meminta saya untuk menuruti semua permintaannya. Dua teman lainnya, yakni Joko Suparmo dan Anang yang sama-sama petugas PMK juga ditelepon,” ungkapnya.
Joko Sunarto dan Anang diminta menjadi kuda, sedangkan Joko Suparmo diminta menjadi penggembalanya. “Kami yang menjadi kuda juga dipukuli dan dicambuki olah teman yang menjadi penggembala,” ungkap Joko Sunarto didampingi sejumlah petugas PMK lainnya.

Dan sama persis dengan yang dilakukan Soleh, Joko Sunarto juga membentur-benturkan kepalanya ke pohon siwalan dan berusaha merusak wajahnya dengan mengusap-usapkan mukanya ke tembok cor yang ada di dekatnya. Untungnya, ia tidak sampai merusak wajahnya dengan parut seperti yang dilakukan Soleh.

Para korban mengaku melakukan semua perintah dari penelepon tersebut dalam keadaan tidak sadar. Mereka semua heran kenapa bisa melakukan hal yang sangat tidak masuk akal.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pemkab Tuban, Choliq Chunasih, mengaku terheran-heran dengan kejadian itu. “Kejadian ini seperti tidak masuk akal. Tapi, kenyataannya memang terjadi. Ada beberapa petugas PMK yang telah menjadi korban sampai rela merusak wajahnya sendiri,” jawabnya melalui ponsel.

Kabag Informasi dan Komunikasi Pemkab Tuban Jhoni Martoyo kepada Surya memastikan, nomor HP yang menelepon kelima petugas PMK itu bukan milik Plt Sekda Tuban Heri Sisworo. “Saya yakin bahwa penelepon tersebut bukanlah Sekda, tapi orang lain yang tidak bertanggung jawab,” kata Jhoni.
Menurutnya, peristiwa itu menjadi pengalaman berharga bagi semua pegawai Pemkab Tuban dan semua warga masyarakat agar tidak mudah percaya jika mendapat telepon dari orang yang mengaku pejabat.

Terpisah, Kapolres Tuban AKBP Nyoman Lastika mengaku, pihaknya telah mendapat informasi terkait gendam rusak wajah yang menimpa lima petugas PMK. Polisi kini sedang melakukan penyelidikan. “Kami berharap, para korban bersedia melapor ke Polres supaya pengungkapannya bisa lebih cepat,” kata Kapolres.

Kasus gendam parut wajah itu mengingatkan orang pada kejadian gendam tato di Kabupaten Bojonegoro pada Oktober 2008 dan di Kabupaten Probolinggo pada Februari 2009 lalu.
Kala itu, dua pencari kerja di Bojonegoro, Bambang (40) dan Nanang (35) mau ditato wajah setelah dijanjikan menjadi pegawai negeri sipil oleh seorang kepala desa yang telah terkena gendam. Sang kades meminta wajah dua pria itu ditato —gambar naga dan ular— setelah menerima SMS dan panggilan telepon dari orang yang mengaku Asisten I Sekretariat Kabupaten Bidang Hukum dan Pemerintahan Bojonegoro. Orang tersebut mengatakan, mencari delapan orang untuk dijadikan PNS Bagian Intel Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dengan syarat harus mau ditato wajahnya.

Sementara itu, dua guru SD negeri di Kecamatan Kraksaan, Probolinggo, Asmad dan Budi, mau menato wajahnya dengan motif batik karena diimingi sepeda motor operasional dan tambahan uang tunjangan Rp 1,5 juta per bulan dari Pemkab Probolinggo. (Surya)(tribunnews)
Ilustrasi

Senin, 14 Maret 2011
      Berita Daerah :

      Berita Nasional :