Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Gempa Jepang Lebih Parah dari Perang Dunia II

Tokyo - Korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami Jepang diperkirakan mencapai 10 ribu jiwa. Menurut Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan, kejadian ini lebih parah daripada kondisi Jepang setelah perang dunia kedua.

Di daerah Rikusentakata, yang merupakan kota pelabuhan, ada sekitar 20 ribu orang hilang tersapu tsunami. Salah satu warga Rikusentakata, Etsuko Koyama, berhasil menyelamatkan diri di lantai tiga rumahnya. Tetapi ia kehilangan putrinya.

"Saya tidak akan menyerah untuk mencarinya. Saat itu saya memang menyelamatkan diri, tetapi anak saya tidak selamat," kata Koyama, seperti dikutip dari Associated Press, Minggu 13 Maret 2011.

Sementara itu menurut Juru Bicara Kepolisian, Go Sugawara, di daerah Jepang bagian selatan, tepatnya di Prefektur Miyagi, diperkirakan lebih dari 10 ribu orang meninggal dunia.

Sampai saat ini baru 379 warga Miyagi yang secara resmi dikonfirmasi meninggal dunia. Lalu pada hari Minggu ini, 200 mayat ditemukan di daerah pantai.
Sedangkan di kota Minamisanrikucho, 10 ribu orang tidak terdengar kabarnya setelah tsunami terjadi. Jumlah tersebut mencapai dua pertiga populasi kota tersebut.

Kondisi mengkhawatirkan juga dialami puluhan ribu warga Jepang yang selamat dari tsunami, sudah tiga hari mereka kekurangan air, listrik dan makanan. Itu karena setidaknya 1,4 juta rumah tidak dialiri air dan 1,9 juta tidak dialairi listrik.

Hal yang makin mengkhawatirkan adalah setelah gempa terjadi, kerusakan dialami dua reaktor nuklir Jepang. Reaktor tersebut sangat potensial akan membuat radiasi dan kontaminasi.
Suhu udara di sekitar Jepang juga menuju titik beku. Kondisi ini memperparah warga Jepang yang berada di pengungsian, dengan baju serta selimut yang terbatas.

Bumi tidak lagi berputar selama 24 jam atau 86.400 detik

Gempa dengan kekuatan 9,0 Skala Richter yang melanda Jepang, Jumat lalu mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit jumlahnya. Selain tsunami yang ditimbulkan setelah gempa, bumi juga mengalami efek akibat bencana alam ini.

Ahli geofisika NASA, Richard Gross mengeluarkan data baru mengenai penghitungan waktu di bumi setelah gempa. Menurut dia, bumi tidak lagi berputar selama 24 jam atau 86.400 detik. Setelah gempa terjadi di Sendai, rotasi bumi telah berkurang sebanyak 1,6 mikrodetik.

"Dengan mengubah distribusi massa bumi, gempa di Jepang telah menyebabkan bumi berputar lebih cepat. Hari menjadi lebih pendek 1.8 mikrodetik," kata Gross, seperti dikutip SPACE.com.
Selain waktu yang berkurang, ini juga berarti putaran bumi semakin cepat, bertambah 1.064 kilometer per jam.

Gempa bumi dengan kuatan dasyat bukan kali ini saja telah mengubah waktu di bumi. Gempa 8,8 SR di Chile yang terjadi tahun lalu telah mempercepat rotasi planet dan mempersingkat hari sekitar 1,26 mikrodetik. Kemudian gempa yang terjadi di kawasan Sumatera dengan kekuatan 9,1 SR pada 2004, telah mempersingkat hari sekitar 6,8 mikrodetik.

Gempa yang terjadi di Jepang kali ini merupakan gempa terbesar kelima di dunia yang terjadi sejak 1900. Bencana alam ini melanda lepas pantai sekitar 231 mil (373 kilometer) timur laut Tokyo dan 80 mil (130 km) timur kota Sendai.

Gempa menciptakan tsunami dahsyat yang telah menghancurkan wilayah pesisir timur laut Jepang. Sedikitnya 20 gempa susulan terjadi dengan kekuatan 6,0 atau lebih setelah gempa utama.

Jepang Merevisi Kekuatan Gempa Menjadi 9 SR

Badan Meteorologi Jepang merevisi kekuatan gempa yang terjadi pada Jumat, 11 Maret 2011 menjadi 9,0 skala richter. Bukan 8,8 richter seperti yang sebelumnya diumumkan.

Dalam laman NHK, Badan Meteorologi Jepang melakukan koreksi setelah menganalisa gelombang seismik dan berdasarkan data lainnya. Kekuatannya setara dengan gempa bumi yang terjadi di Sumatera, Indonesia pada 2004 yang memicu tsumani besar di Samudera Hindia.

Badan itu mengatakan zona gempa sepanjang 500 kilo meter dan lebarnya 200 kilo meter. Getarannya berlangsung lebih dari 5 menit.
Menurut kantor tersebut, hanya ada 4 gempa tercatat dengan besaran lebih dari 9 skala richter. Gempa terbesar terjadi di Chili yaitu 9,5 skala richter pada 1960 yang menewaskan lebih dari 1.600 orang. Gempa ini juga memicu tsunami di Jepang, yang membuat 142 orang tewas. Sedangkan gempa di Sumatera berkekuatan 9,1 skala richter. Tsunami raksasa ini menewaskan lebih dari 200 ribu orang.

Seperti diketahui, gempa utama terjadi pada Jumat, 11 Maret 2011 pukul 14.46 waktu setempat. Badan Survei Geologi AS menilai gempa pertama berkekuatan 8,9 skala richter. (umi)(VIVAnews)
Tidak hanya di Sendai, di Natori, pesawat ringan ini juga tua kuasa menahan gelombang tsunami (KANAN), Sebuah rumah tersangkut di atap gedung di Minamisanriku, Prefektur Miyagi (KIRI)_Foto: Reuters-Kyodo

Senin, 14 Maret 2011
      Berita Daerah  :