Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Jakarta - Kasus suap proyek pembangunan wisma atlet Sea Games di Jakabaring, Palembang, membuat internal Partai Demokrat gonjang-ganjing. Pasalnya, tiga pemimpinnya disebut-sebut terlibat dalam proyek tersebut.

Pertama, Muhammad Nazaruddin, yang pada saat itu menjabat sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat. Kedua, Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga Andi Mallarangeng, dan ketiga anggota DPR RI Angelina Sondakh.
Senin, 13 Juni 2011
LSI: Demokrat Terancam Jadi Partai Gurem
Dalam riset terbaru yang dilansir Lingkaran Survei Indonesia (LSI), terungkap sebagian besar masyarakat percaya bahwa para petinggi partai berkuasa itu terlibat dalam kasus tersebut. Diantara ketiga tokoh itu, M. Nazaruddin menempati posisi teratas yaitu sebesar 53,7% dalam hal tingkat kepercayaan publik bahwa dia memang terlibat dalam kasus tersebut.

"SBY berhasil membawa Partai Demokrat dari partai papan tengah menjadi partai papan atas bahkan partai terbesar pada pemilu 2009. Pada 2004 memperoleh suara 7,4%, 2009 SBY berhasil membuat 20,58%. Namun sebaliknya, Nazaruddin punya efek menjadikan Demokrat dari partai papan atas menjadi partai papan tengah, bahkan partai gurem," urai Denny J.A, pendiri LSI dalam presentasinya di Jakarta, 12 Juni 2011.

Denny mempertanyakan seberapa kuat sosok Nazaruddin sampai-sampai imbauan seorang Ketua Dewan Pembina, SBY, tidak dihiraukannya. "Tak satu pun petinggi Demokrat yang berhasil membawanya pulang, bahkan seorang SBY imbauannya tidak terdengar. Apa yang membuat Nazaruddin menjadi Superman? Apa di sana dia membawa kotak pandora, yang di dalamnya tersimpan rahasia gelap petinggi Demokrat dan membuatnya punya bargaining power yang besar," dia mempertanyakan.

Secara khusus, survei memperingatkan bahwa mayoritas pemilih Indonesia bukanlah pemilih loyal. Hanya 30% dari pemilih merasa dekat dengan partai politik. Bisa dikatakan mayoritas pemilih di Indonesia adalah pemilih mengambang, yang bereaksi tergantung stimulasi dan perilaku partai politik. "Jika partai itu membuat blunder, segera partai itu ditinggalkan. Sebaliknya, jika partai itu secara masif menunjukkan program yang populis, partai itu akan didukung," tegas Denny.

Denny mencatat, sebelum muncul kasus korupsi yang dituduh melibatkan Nazaruddin, dukungan atas Demokrat masih paling tinggi (20,5% menurut survei Januari 2011). Namun setelah kasus Nazaruddin mencuat, dukungan itu jatuh lima poin (5%) menjadi 15,5%. "Demokrat kini tidak lagi di nomor satu urutan partai yang didukung pemilih," ujarnya.
(VIVAnews)