Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
9 Februari 2013

Imlek Diharapkan Hapus Stigma Warga Tionghoa Pelit
Warga Tiong Hoa merayakan Tahun Baru Imlek dengan berdoa dan membakar hio, di Vihara Dharma Bhakti, Jakarta Pusat

KUPANG - Warga keturunan Tionghoa diimbau jangan memiliki perasaan berlebihan.

Warga keturunan Tionghoa harus membaur dengan sesama di sekitar lingkungan di mana ia berada. Wujudnya dengan melakukan kegiatan sosial kemanusiaan, untuk menghapus stigma orang Tionghoa pelit, eksklusif, bergaul dengan sesamanya saja, dan tidak peduli sesama.
Wakil Ketua Forum Pembauran Kebangsaan NTT Theodorus Widodo, menyampaikan ini, Jumat (8/2/2013). Theo dimintai komentarnya terkait pelaksanaan Tahun Baru Imlek, Minggu (10/2/2013) nanti.

"Warga Indonesia keturunan Tionghoa tidak perlu memiliki rasa bangga berlebihan karena Cina yang maju sekarang, seolah mengangkat harkat dan martabat orang keturunan Tionghoa. Saya khawatir perasaan bangga yang berlebihan, membawa sentimen greater Cina atau Cina Raya muncul di etnis Tinghoa," tutur Theo.

Ia mengatakan, warga Tionghoa di Indonesia adalah warga Indonesia, bukan bagian dari Republik Tionghoa lagi. Memang, lanjut Theo, pengaruh orangtua yang merasa sebagai warga Tionghoa masih besar, tapi di kalangan generasi muda harus bisa memposisikan diri.

Menurutnya, yang harus dilakukan warga keturunan Tionghoa saat ini, adalah rasa nasionalisme sebagai warga negara Indonesia yang beretnis Tionghoa. Warga keturunan Tinghoa, papar Theo, harus berupaya membaur dalam hal apa saja, baik politik, pendidikan, ekonomi, maupun bidang lain.

"Warga keturunan Tionghoa jangan merasa eksklusif, misalnya sekolah di sekolah tertentu, dan sebagainya," paparnya.

Theo berharap, sedapat mungkin warga keturunan Tionghoa melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial. Misalnya, terlibat di bidang olahraga, menjadi bapak angkat bidang olahraga, membantu sesama yang tertimpa  bencana alam, menyumbang panti asuhan, pengobatan gratis, dan dompet amal.

Sebagai pengusaha yang memiliki kemampuan lebih, kata Theo, warga keturunan Tionghoa diharapkan bersedia membagi pengalaman, dan etos kerja pada etnis lain.

Sebab, ketika orang merasa tidak selevel, maka akan terjadi jurang pemisah, sehingga warga keturunan Tionghoa harus berusaha mengangkat taraf hidup masyarakat.

Theo mengkritisi orang yang berlebihan dan membanggakan diri sebagai etnis Tionghoa, tapi apakah benar-benar berani mengaku orang Tionghoa, apakah benar ada etnis Tionghoa. Theo mengatakan, ada dua identitas, yakni identitas terberi dan identitas kultur.

"Apakah warga keturunan Tionghoa benar mengakui identitas terberi tersebut?" tanyanya.  (tribunnews)
      Berita Daerah  :

      Berita Nasional :