Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Jakarta - Sungguh memprihatinkan, Nasdem (Nasionalis Demokrat), ormas pimpinan Surya Dharma Paloh, dirundung konflik internal. Sri Sultan Hamengkubuwono X bersama sejumlah tokoh lainnya menyatakan mengundurkan diri dari ormas Nasional Demokrat (Nasdem). Akankah kembang Nasdem layu sebelum mekar?
Sabtu, 09 Juli 2011
Nasdem Layu Sebelum Mekar?
Gejala ke arah itu sudah nampak, dan Nasdem seakan menghadapi situasi makin kurang kondusif untuk melakukan konsolidasi. Tokoh Demokrat (Nasdem) Jawa Tengah, Rustriningsih, sudah menyiratkan sinyal mengikuti jejak Sri Sultan Hamengkubuwono X yang keluar dari Nasdem. Wakil Gubernur Jateng itu akan menentukan sikap setelah bertemu pengurus dan inisiator.

Rustriningsih, yang juga Mantan Bupati Kebumen ini, berpendapat, keberadaan Partai Nasdem menyulitkan konsolidasi ormas yang dipimpinnya. Alasannya, publik sulit mengidentifikasi Nasdem sebagai partai atau sebagai ormas. Nama dan logonya juga serupa.

Semua itu menunjukkan adanya pergolakan internal di ormas pimpinan Surya Dharma Paloh tersebut. Bagaimanapun, Sultan dan Rustriningsih bukanlah orang sembarangan, Bahkan Sultan menjabat sebagai ketua dewan pertimbangan nasional.

Sri Sultan Hamengkubuwono X keluar dari Nasional Demokrat karena ormas itu telah menjadi parpol. Menurut Sultan, partai Nasdem membuat bingung pengurus dan kader di daerah. Selama ini bergerak sebagai Ormas, namun kemudian menjadi partai. Karena menjadi partai, Sultan merasa menjadi sulit, terutama di daerah-daerah.

Harus diakui, faktor utama kebingungan itu adalah kemiripan antara partai Nasdem dan ormas Nasdem. Singkatannya sama dan logonya pun mirip. Partai Nasdem itu singkatan dari Nasional Demokrat. Sedangkan logo yang digunakan hanya kebalikan dari logo Nasdem yang ormas. Akibatnya, para pengurus ormas Nasdem menjadi kesulitan menjelaskan kepada para kader ormas tersebut. Apalagi, banyak kader Nasdem yang tidak setuju mereka menjadi parpol.

Wasekjen DPP Nasdem Samuel Nitisaputra menjelaskan, konflik internal yang melanda Nasdem dikarenakan lahirnya Partai Nasdem yang digawangi oleh para pengurus ormas Nasdem. Tidak semua pimpinan Nasdem sepakat dengan pendirian partai Nasdem. Karena, walaupun tidak ada ikatan organisasi tapi karena nama dan orangnya sama, maka Nasdem ormas dan Nasdem parpol, menjadi identik.

Dalam hal ini, aktivis Nasdem dan anggota DPR dari Fraksi Hanura Akbar Faizal, merespon mundurnya Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) X dari ormas Nasional Demokrat (Nasdem) yang mulai berpolitik. Akbar menuturkan, dalam kesepakatan dengan Surya Paloh, tidak pernah ada perjanjian Nasdem menjadi partai politik. "Kesepakatan kita dengan Pak Surya adalah orang ormas Nasdem bukan Partai Nasdem," tutur Akbar Faisal.

Karena itu Akbar mengusulkan agar digelar rapat pleno Nasdem. Hal ini penting untuk memastikan apakah Nasdem menjadi Ormas atau sudah berubah haluan menjadi politik. Kalau Nasdem menjadi parpol, Akbar pun berpikir mengikuti jejak Sultan. Karena dia masih aktif sebagai politisi Hanura.

"Jadi saya usulkan digelar rapat pleno. Karena dalam rapat pleno sebelumnya tidak pernah disepakati seperti itu," tuturnya.

Jika situasinya demikian, dikhawatirkan para aktor Nasdem akan keluar dan membuat Nasdem bisa layu sebelum mekar. Surya Paloh harus cepat menyadari, kondisi semacam ini cenderung membuat Nasdem kian memudar atau bahkan terkapar. [tjs](inilah)
Surya Dharma Paloh
      Berita Nasional :