Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2015 @ majalahbuser.com
Jakarta - Ketua Komisi VI DPR, Hafisz Tohir, menilai ekonomi Indonesia saat sudah dalam kondisi gawat darurat. Indikatornya, terus melemahnya nilai tukar rupiah dan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) .

“Ekonomi RI sudah genting, di ujung tanduk. Pemerintah harus berhati-hati dalam merespons keadaan ini.
Manajemen krisis harus segera dilakukan, protokol krisisnya harus segera dibuat," kata Hafisz di gedung DPR RI, Jakarta, Rabu 26 Agustus 2015.

Dilihat dari pergerakan IHSG yang setiap hari turun beberapa poin, kata Hafisz, menandakan telah terjadi pergerakan keluar dana dari pasar modal. Kondisi ini sangat berbahaya terhadap iklim investasi.
Sabtu, 29 Agustus 2015

Ketua Komisi VI DPR: Ekonomi Indonesia Sudah Genting
“Bahkan capital outflow sempat sampai 4 persen. Kalau tiap hari begini, maka tidak akan ada lagi modal yang available alias kita kesulitan likuiditas,” ujar Hafisz. Politikus PAN ini menyarankan Presiden Joko Widodo untuk mau tidak mau harus melakukan konsolidasi ekonomi  politik dengan berbagai pihak guna merancang program ekonomi nasional yang komprehensif. Harus ada startegi yang matang menghadapi kondisi saat ini.

"Menggunakan strategi total football. Pertahanan terbaik adalah menyerang dan bertahan sekaligus. Artinya, semua potensi bangsa digerakkan untuk keluar dari kondisi ini," tuturnya. Selain itu, menjaga stabilitas harus menghindari kegaduhan. Hal ini tidak bisa dipisahkan dari startegi. "Ajak bicara semuanya, tenangkan rakyat, tenangkan pasar. Yakinkan bahwa fundamen ekonomi kita akan tetap bisa bertahan," ujar Hafisz.

Dalam jangka pendek, ia berharap Menko Perekonomian Darmin Nasution serta Gubernur BI Agus Martowardojo dan ekonom yang kini menjabat sebagai Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli dapat memperkuat fundamental ekonomi dengan dibantu para ahli moneter lainnya.

“Untuk jangka panjang, pemerintah harus melakukan perbaikan struktur moneter, hindari berutang dolar agar tidak menekan neraca pembayaran. Serta mulai membuat program ekonomi agar sektor riil berjalan,” tuturnya.

Ekonom: Kinerja Mata Uang Rupiah Memang Terburuk di Asia

Pakar ekonomi Drajad Wibowo mengaku sependapat dengan penilaian sebagian kalangan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat memang akibat faktor ekonomi global. Pemerintah pun menyampaikan argumentasi serupa untuk menjelaskan alasan perlambatan perekonomian Indonesia.

Menurut Drajad, yang juga Direktur Sustainable Development Indonesia, argumentasi Pemerintah memang tak dapat dibantah. Soalnya krisis serupa memang terjadi di banyak negara dunia. Dia menyebut keadaan ekonomi sekarang adalah situasi yang yang tidak bisa dihindarkan. Namun Drajad memberikan catatan, selain faktor global, pelemahan rupiah atas dolar Amerika juga akibat kinerja mata uang nasional memang buruk. Bahkan, katanya, kinerja rupiah termasuk paling buruk dibanding mata uang lain di Asia.

"Rupiah ini merupakan mata uang dengan kinerja paling buruk di kawasan Asia, terburuk setelah ringgit (Malaysia)," kata Drajad ditemui di Jakarta pada Sabtu, 29 Agustus 2015. Mantan legislator Partai Amanat Nasional (PAN) itu menguraikan perbedaan rupiah dengan ringgit.

Menurutnya, kinerja ringgit buruk karena krisis politik di Malaysia sehingga memengaruhi perekonomian nasional. Sedangkan situasi politik Indonesia relatif stabil sehingga hampir tak memengaruhi rupiah.

"Kenapa rupiah dihukum oleh pasar dengan penilaian terburuk tersebut, itu karena yang paling jelas adalah teman-teman pe-market yang ada di luar Indonesia menganggap pemerintah kita terlena," kata Drajad.

Ia menjelaskan, karena pe-market internasional beranggapan seperti itu, mereka yakin pemerintah Indonesia akan santai dan tidak melakukan sesuatu untuk mengatasi permasalahan nilai rupiah. Mereka leluasa melakukan apa pun keinginan mereka.

Sejauh ini, kata mantan Wakil Ketua Umum PAN itu, pelaku pasar sudah pintar membaca gerak-gerik Gubernur Bank Indonesia.

"Gubernur BI memang ini karakternya, dia kalau sesuatu yang tidak mungkin dia menangkan, dia tidak akan buang-buang uang. Dia tahu tidak mungkin menang perang dalam menghadapi penurunan rupiah. Karena itu dia enggak mau buang-buang uang. Dari sisi otoritas moneter, perilakunya sudah kebaca market. Market-nya bukan di Jakarta, tapi pemain pasar di Singapura, Hong Kong, dan Eropa," Drajad menguraikan.

Menkeu Jelaskan Beda Ekonomi RI Saat Ini dengan Krisis 1998

Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan kondisi gejolak perekonomian yang terjadi saat ini sangat berbeda jauh dengan yang pernah terjadi pada 1998 silam.

"Sangat beda jauh. Semuanya masih di bawah kontrol dan berbeda dengan kondisi sebelum krisis 1998," tegas Bambang saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (26/8). Dia menambahkan bahwa indikator fundamental negara, seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, sampai neraca perdagangan masih lebih baik daripada yang tercatat pada 1998.

Inflasi di Indonesia pada 17 tahun silam jauh lebih tinggi dari catatan inflasi 2 persen sepanjang tahun ini. "Ekonomi kita menyusut 14 persen pada saat itu. Sebaliknya, kita masih memiliki pertumbuhan positif 4,7 persen pada semester I 2015," kata Bambang.

Selain itu, mantan Komisaris PT Pertamina (Persero) itu menilai sektor perbankan di tanah air saat ini masih sehat dengan kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) di kisaran 2,6 persen dan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 20 persen.

Angka itu menurutnya cukup aman jika melihat batasan NPL yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) yang berada di bawah 3 persen untuk NPL dan minimal 8 persen untuk CAR. Namun, data BI juga menunjukkan bahwa cadangan devisa yang dimiliki Indonesia telah menurun menjadi US$ 107,5 miliar bulan lalu, dari bulan Juni sebelumnya yang mencapai US$ 108 miliar.



(berbagai sumber)
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok
      Berita Nasional :