Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Lamongan - majalahbuser.com, Ingatkah Anda pelawak Cak Kancil Sutikno ? Pendagel ini pernah memperkuat nama ludruk RRI Surabaya. Rival pemainnya ada Cak Markuat, Cak Muali Widodo, dan Cak Markaban Wibisono. Salah satu cuplikan dagelannya, Kancil Sutikno memberi nasehat (yang penuh sindiran) : "Marung yo marung….. jam 12 tutup…! Jam 1 bukak maneh…!!"  (Bahasa Inodesianya : "Silahkan buka warung, dengan catatan jam 12 malam harus tutup. Jam 1 dinihari, boleh  buka lagi !"

Inilah sebuah sarkasme (sindiran) yang sangat telak mengena.  Kemudian ungkapan dari mulut pelawak legendaris Jatim itu lantas dinetralisir oleh rekan-rekan sepermainan di atas panggung. Dan nampaknya begitulah antara lain settingan sebuah cerita yang dibangun oleh para pembanyol ludruk RRI Surabaya, yang memang missinya sebagai media penerangan rakyat.
11/05/2011
Melongok Geliat Pasar Agrobis Babat
Dari Gobis, Kopi Manis dan Pendapat Pelawak Legendaris
SUATU Malam rombongan MajalahBuser iseng-iseng plesir. Ya, plesir versi jiwa dan nyali jurnalis.  Ba'dal maghrib kami bermobil kliter-kliter  di kompleks pertokoan yang masih sepi peminat itu. Ini lantaran investor mematok harga sewa terlalu tinggi menurut kocek pedagang Babat. Belum lagi ditunjang dengan berbagai konflik yang menyelimuti proses perpindahan para pedagang pasar lama menuju pasar Agro Semando itu.

Yang paling dikhawatirkan oleh para pedagang adalah, akankah ada pembeli/pelanggan yang mau berkunjung ke bedaknya ?. Sebab sementara ini dirasa pembeli/pelanggannya sudah kadung akrab (dengan "hongsui", kali,ya ?). Wong yang sudah kadung boyongan saja banyak yang sambat : sepi pembeli. Termasuk kios-kios warung  yang kini sudah ditempati, yang menawarkan kulliner-nya masing-masing. Kecuali jika ada tontonan/hiburan tambahan (semacam pasar malam, panggung seni, atraksi drumband, start karnaval, gerakjalan atau pawai arak-arakan apa saja dan pertunjukan lain yang dapat sekiranya dapat menyedot pengunjung sebanyak-banyaknya).

Malam hari saja seandainya tidak ada mainan/sarana hiburan  yang disukai anak-anak, (semisal kereta mini, bom-bom car, keranjang putar dll) bisa jadi pelataran yang cukup luas itu sepi  pengunjung.   Tampaknya para pencari sinergi ekonomi itu terus memutar otak, bagaimana agar dapur yang dijaga istri di rumahnya  tetap mengepul. Maka satu, dua menjajal menyediakan jajanan rakyat (goreng-gorengan, ketan, kopi dan segala macamnya).

Mungkin dirasa masih kurang menyedot tenaga pembeli, akhirnya satu dua dari kios lain, mencoba memancingnya dengan mengajak keluarganya (yang cewek) untuk menunggu warungnya. Pemilik warung yang lain, merasa tersaingi. Akhirnya mereka berlomba-lomba memasang karyawati (sudah pasti cewek, dong…)guna menjaga standnya. Serta merta dilengkapi dengan piranti karaoke.
Sehingga tak ayal lagi, manakala hari mulai malam….tak terdengar lagi suara merdu burung hantu. Akan tetapi dentuman musik dangdut yang dimunculkan dari kaset karaoke yang dilengkapi dengan sound-sytem yang saling bergema berkumandang : hingga memekakkan telinga. Bahkan ada salah satu kios "kopi plus"  itu yang memajang layar tancap yang disorot LCD.

Masyarakat setempat (Babat dan sekitarnya) menjulukinya : "kopi pangkon". Karena sambil minum kopi (konsumennya) mendapat layanan plus, yaitu dipangku oleh si pelayannya. Jika mau, si pelayan yang digaji juragan (tuan/pemilik/boss/daukeh kios) itu juga melayani permintaan pembeli untuk menyanyi/berkaraoke-ria.
Rata-rata setiap pelayan mendapat gaji/bayaran/upah dari pemilik stand, antara Rp 400.000 ,- sampai dengan 450.000 ,-. Jam kerjanya mulai pukul 18.00 sampai dengan pukul 24.00.  Jam 12 malam itulah si boss kios wajib mematikan sound-systemnya. Dalam kurun waktu ketika  sudah tidak terdengar lagi hingar bingarnya kaset karaoke, bisa jadi dimanfaatkan oleh pelanggan yang sedang ngopi itu untuk menjahili cewek-cewek yang sengaja dibuat pancingan sang juragan, agar warungnya ramai dan laris manis.
Karena sama-sama berani dan beringasnya, tak ayal pula diantara mereka ada yang saling duduk berpaku-pangkuan. Oleh karenanya stan/kios/bedak yang seyogyanya disewakaan untuk berdagangan hasil pertanian (agro), berubah fungsi menjadi "agro-kopi", "kopi-pangkon", "kopi-plus", "kopi-karaoke",  dsb.

Juragan warung yang ada di posisi B/D/70 menuturkan, : "Jam 12 malam VCD harus dimatikan" kata Luki asal Tanggulrejo. Dia pulalah yang mengantarkan pegawainya itu pulang ke desa Sogo dengan bersepedamotor, sekira jam 02.00 atau jam 03.00 dini hari.
"Deretan sini nggak ada yang berani macam-macam lho….kami jamin aman-aman saja !. Kebetulan jalur sini kan dekat dengan pos penjagaan polisi…" ujar lelaki yang masih bujangan itu, kepada MajalahBuser.

Luki mengaku menggaji cewek pegawainya itu Rp 450.000 ,- (empat ratus lima puluh ribu rupiah) perbulan.
"Pegawai saya hanya saya perbolehkan melayani karaoke bila diajak nyanyi-duet oleh pengunjung yang sedang ngopi di kios kami" tutur Luki kepada BUSER.
"Itupun jika tidak sedang sibuk membuatkan wedang bagi pembeli yang lain" lanjut Luki di sela-sela menyedot cerutunya dalam-dalam.
Memang, menurut pengamatan MajalahBuser malam itu, Jum'at 6 Mei 2011 ba'da maghrib sudah ada beberapa kios yang melancarkan aksinya, memancing pengunjung dengan memutar LCD lengkap dengan layar tancapnya.  Bahkan di stand lain, sudah ada cewek yang melayani mengadakan pemijatan kepada pelanggannya. Itulah antara lain service yang diberikan kepada pembelinya agar betah berlama-lama tinggal di warung yang dipercayakan padanya dari si pemiliknya.

Salah seorang anggota kepolisian sektor Babat, Gunaris secara terpisah  menuturkan,  bahwa sudah tidak kurang-kurangnya pihak aparat memberi peringatan. Pada kesempataan lain, MajalahBuser sempat mengetahui, bahwa masih ada kios yang berkaraoke-ria hingga ba'da subuh. Dan itu adalah suara perempuan. Siapa lagi kalau bukan cewek yang dipasang oleh majikannya di warungnya ???

Niatan semula, pemerintah membangun sentra pasar basah Agrobis Semando Babat ini tidak lain adalah untuk memakmurkan rakyatnya. Namun apaboleh buat, pola pemikiran rakyat tidak bisa sejalan dengan angan-angan pemerintahan. Maka di kompleks pertokoan yang sedianya untuk perdagangan barang-barang basah (ikan, daging, sayur-sayuran dan buah-buahan), kini tampaknya harus puas dengan  sudah terwakilinya 2 atau 3 kios yang sudah beroperasi menyediakaan sayur-sayuran sop (wortel, gobis, kentang, buncis dll).

Lain di Agrobis Semando, lain pula di King Karaoke yang bermarkas di Raya Pakis Kecamatan Widang, Tuban. Ini memang sudah dikelola secara professional. Wakil menejer, Sumarsono menghentikan aktifitasnya rata-rata jam 12 malam. Pihak King yang sudah resmi menjadi rumah karaoke itu hingga tulisan ini terbit, tersedia 13 penyanyi cewek. Big Boss King Karaoke, Edi juga mempunyai usaha yang sama di kota Tuban. Tepatnya di Raya Dasin, arah barat Bumi Ronggolawe, Tuban.

"Jika ada penyanyi kami yang mau digituin, ya….jangan bekerja di sini. Ini kan rumah karaoke. Makanya sengaja pintunya nggak dipasang grendel. Biar nggak disalahgunakan" kata wakil menejer, Sumarsono.
"Tarip sewa seorang penyanyi, di sini 50 ribu rupiah. Yang 20 ribu untuk si penyanyi, 30 ribu untuk pengelola" sambung pria asal desa Mrutuk itu.
"Itu untuk setiap cewek, setiap 2 jam minimal. Dan kami di sini mempunyai 13 cewek penyanyi. Masing-masing orang masih digaji Rp 300.000 setiap bulannya" sambung lelaki yang merangkap sebagai keamanan dan juru parkir itu.  [ASME]

Kios/bedak di Pasar Agrobis Babat Lamongan ini berubah fungsi menjadi 'agro-kopi', 'kopi-pangkon', 'kopi-plus' dan 'kopi-karaoke'

      Berita Nasional :