Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
Yogyakarta - Gunung Merapi menggeliat. Warga di lereng sempat kaget. Balai Penyelidikan Dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta memastikan aktivitas itu tidak berbahaya.

"Merapi tetap pada status normal, tidak ada peningkatan aktivitas. Peristiwa keluarnya hembusan ini, tidak ada kaitan dengan kondisi Gunung berapi lain," kata Kepala BPPTKG Subandrio di kantor BPPTKG Yogyakarta, Kamis (27/3/2014).

Subandrio menyebut embusan abu dan kerikil disertai suara gemuruh bukan erupsi. Tapi hanya pelepasan gas vulkanik dari perut Merapi. Hal itu sering terjadi pasca erupsi Merapi 2010 silam. Setelah peristiwa itu, tidak ada aktivitas lebih lanjut.
Jum'at, 28 Maret 2014

Aktifitas Merapi Bukan Erupsi Magmatis, Ini Analisis Lengkap BPPTKG
"Itu bukan erupsi magmatis. Karena jika erupsi, maka terjadi ratusan kali gempa. Ini hanya single event, sehingga belum mengarah ke erupsi yang sebenarnya," jelasnya.

Warga diimbau untuk tetap tenang dan tidak perlu mengungsi. Pihaknya telah berkoordinasi dengan BPBD Sleman dan akan memberikan infromasi terkait perkembangan lebih lanjut.

Sementara untuk aktivitas pendakian, hanya diperbolehkan sampai di pasar Bubrah atau 1 kilometer dari puncak Merapi.


Sebelumnya, Warga Gondoarum Desa Wonokerto, Kecamatan Turi Sleman juga mendengar suara gemuruh saat Gunung Merapi mengembuskan asap. Warga yang berada antara di lereng selatan-barat daya Merapi itu juga terkena hujan abu tipis.

"Hujan abunya tipis sekitar pukul 14.00 WIB," kata Sutrisno, warga Gondoarum, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi Sleman, Kamis (27/3/2014).

Setelah terdengar suara gemuruh dari puncak, beberapa warga ada berkumpul di tempat-tempat yang telah ditentukan. Sementara warga terutama pria yang tergabung dalam komunitas/relawan Merapi langsung memantau perkembangan melalui pesawat handy talkie (HT).

"Hanya siap-siap saja, belum ada yang mengungsi. Jarak puncak dengan desa di kawasan Wonokerto sekitar 7-8 km," katanya.

Hal senada juga dikatakan Sugianto warga Wukirsari Cangkringan Sleman saat pulang mengajar ketika melewati daerah Argomulyo cangkringan hujan abu tipis terasa. Saat tiba di rumah motor bagian tampak kotor terkena abu.

"Saya baru sadar ada hujan abu ketika sampai dekat Argomulyo hingga rumah," katanya.


Warga Klaten Mengungsi

Hujan kerikil bercampur pasir vulkanik menerpa sejumlah desa di lereng Gunung Merapi, seusai adanya letupan, Kamis (27/3/2014). Hujan kerikil dan pasir itu, membuat warga desa Balerante maupun Sidorejo Klaten mengungsi dari rumah mereka.

Salah satunya, Juwanto (28), warga desa Balerante yang mengungsi menggunakan sepeda motor. Dia mengatakan, langsung pergi mengungsi setelah hujan kerikil turun di rumahnya.

"Di atas ada hujan kerikil, saya langsung turun bersama keluarga," tuturnya, yang baru sampai di Desa Kepurun, Kecamatan Manisrenggo, Klaten.

Berdasarkan pantauan, hujan pasir masih terus berlangsung di daerah sekitar 20 kilometer dari puncak. [berbagai sumber]
Asap Merapi yang Sempat Kagetkan Warga
      Berita Daerah  :

      Berita Nasional :