Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Jakarta  - Pemerintah telah menetapkan 1 Syawal 1432 Hijriah pada Rabu, 31 Agustus 2011. Keputusan ini disampaikan Menteri Agama, Suryadharma Ali, dalam sidang itsbat di Kementerian Agama, Senin malam, 29 Agustus 2011.
Selasa, 30 Agustus 2011

Beda Hari Idul Fitri, Tetap Jaga Ukhuwah
Sidang dihadiri sejumlah perwakilan duta besar negara sahabat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan perwakilan dari Nadhlatul Ulama, Muhammadiyah dan sejumlah tokoh organisasi Islam lainnya. Hadir juga dalam rapat ini pengurus Masjid Istiqlal, dan anggota Badan Hisab Rukyat.

Penentuan 1 Syawal dilakukan berdasar laporan 96 wilayah di Indonesia yang melakukan rukyat. Sebagian besar menyetujui Hari Raya Idul Fitri jatuh pada hari Rabu nanti. Dari sejumlah lokasi, 30 titik menyebut tidak melihat adanya hilal. Sementara hanya pemantauan dari tiga titik yang melihat adanya bulan baru.

Hilal itu antara lain dilihat seorang dosen STAIN Kudus, Jawa Tengah, Saiful Mujab, yang melakukan rukyat di Pantai Kartini Jepara. Dia menyatakan melihat hilal pada 29 Agustus 2011, pukul 17.39 WIB, selama 10 detik. Posisi hilal juga dilihat seorang tokoh agama, dan dua dosen di Pantai Cakung, Jakarta Timur, pada pukul 17.56 WIB.

"Tapi hasil itu ditolak. Karena tidak sesuai dengan keilmuan," ujar Direktur Urusan Agama Islam Kementerian Agama, saat membacakan laporan dalam sidang itsbat malam itu.

Penetapan 1 Syawal itu dibutuhkan sebagai pegangan mengakhiri ibadah puasa di bulan Ramadan.  Sebelum keputusan itu dibacakan, sejumlah tokoh menyampaikan berbagai tanggapan, terutama agar keputusan itu tidak membingungkan masyarakat.

Kementerian Agama misalnya, diminta untuk mempersatukan kriteria hilal, terutama metodologi hilal dan rukyat, agar tidak terjadi perbedaan. Sebagian besar tokoh yang hadir di sidang itu memiliki pandangan sama bahwa 1 Syawal jatuh pada Rabu, 31 Agustus 2011.

Terkait hal ini, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj memastikan untuk dilakukan istiqmal atau menggenapkan hitungan Ramadan menjadi 30 hari. Seluruh pengurus NU juga sudah diinstruksikan untuk berlebaran pada hari Rabu.

"Keputusan ini berlaku untuk seluruh warga NU di segenap penjuru wilayah NKRI," katanya. Meski demikian dia meminta agar perbedaan ini tidak jadikan persoalan.

Muhammadiyah beda

Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah mengeluarkan maklumat bahwa 1 Syawal 1432 Hijriah jatuh hari ini, Selasa, 30 Agustus 2011. Pimpinan pusat organisasi itu juga telah meminta pimpinan daerah hingga ranting untuk menyediakan tempat untuk salat Ied.

Salah satu tokoh Muhammadiyah, Fatah Wibisono, dalam sidang itsbat juga ikut menyampaikan pendapatnya bahwa perbedaan hari raya Idul Fitri tidak perlu dipermasalahkan. Masyarakat juga diminta untuk tidak saling mengejek dan harus mengedepankan ukhuwah Islamiah, atau keterikatan hati dan jiwa antar umat Islam.

"Menurut pandangan Muhammadiyah hilal itu wujud, dan karena itu saya memohon pamit. 'Pak menteri, kami pamit. Besok Lebaran,'" ujar Fatah. Dengan demikian, bagi Muhammadiyah, Idul Fitri berlangsung pada 30 Agustus 2011.

Fatah meminta pemerintah juga harus memfasilitasi dan melindungi umat untuk beribadah menurut ajarannya masing-masing. Dia juga akan menginstruksikan kepada seluruh warga Muhammadiyah untuk menjaga keamanan. Muhammadiyah juga telah menetapkan lokasi salat Ied di wilayah Jabodetabek.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin sendiri dijadwalkan menjadi khatib di Alun-alun Utara Yogyakarta.

Sebelumnya MUI Pusat telah mengeluarkan anjuran bahwa jika terjadi penetapan awal Ramadhan dan awal Syawal 1432 Hijriah, maka hendaknya tetap ditampilkan prinsip ukhuwah Islamiyah. Karena hasil perhitungan para ahli hisab tak selalu sama, maka beda penetapan Hari Raya Idul Fitri adalah hal wajar. (np)(VIVAnews)
Festiva-Bedug
      Berita Nasional :

      Berita Daerah  :