Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2015 @ majalahbuser.com
Jombang - Pembahasan tata tertib (tatib) pemilihan Rais Aam di Muktamar NU ke-33 di Jombang berlangsung alot. Setidaknya terkait usulan menggunakan ahlul halli wal aqdi untuk memilih pimpinan tertinggi di tubuh Pengurus Besar NU itu.

Karena usulan ini, sidang pleno membahas tatib yang dilakukan Minggu (2/8) deadlock. Bahkan sebelum deadlock, dalam pembahasan itu terjadi kericuhan antara kubu yang sepakat dan yang menolak.
Rais Aam PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) mengambil alih perdebatan yang terjadi dalam pembahasan tata tertib muktamar tentang pemilihan Rais Aam dalam Muktamar ke-33 NU, di Alun-alun Jombang
Selasa,  4 Agustus 2015

Tangis Gus Mus Pecahkan Kebuntuan Muktamar NU
Dikutip dari situs resmi NU, ahlul halli wal aqdi adalah institusi khusus yang berfungsi sebagai badan legislatif yang ditaati, berisi orang-orang berpengaruh dalam jamiyyah NU, dibentuk karena keperluan khusus pula.

Kericuhan dan kebuntuan di muktamar itu cukup menggelisahkan banyak pihak di NU. Untuk memecah kebuntuan, Senin (3/8), Pejabat Rais Am NU Mustofa Bisri bersama dengan seluruh petinggi PBNU, Pengurus Wilayah NU, Rais wilayah NU meminta petunjuk dari para kiai sepuh. Dari sana kemudian didapatkan kesepakatan bahwa Rais Am PBNU dalam Muktamar ke-33 ini akan dipilih oleh para Rais Wilayah NU.

Usai mendapatkan kesepakatan itu, sidang pleno yang dipimpin Slamet Effendi Yusuf di Alun-Alun Jombang dilanjutkan. Pembukaan sidang lanjutan itu dimulai dengan pemberian sambutan sekaligus taushiyah oleh Pejabat Rais Am KH Mustofa Bisri di hadapan ribuan Muktamirin di ruang sidang pleno Tatib.

Gus Mus, begitu KH Mustofa Bisri disapa, membuka tausiyah itu dengan suara yang bergetar dan mata yang berkaca-kaca. "Ketika saya ikuti persidangan-persidangan yang sudah lalu, saya menangis karena NU yang selama ini dicitrakan sebagai organisasi keagamaan, panutan penuh dengan akhlakul karimah, yang sering mengkritik praktik-praktik tak terpuji dari pihak lain ternyata digambarkan di media massa begitu buruknya,” tuturnya bergetar.

Mendadak, seluruh muktamirin yang hadir terdiam. Suasana hening.

"Saya malu kepada Allah, malu pada KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri dan para pendahulu kita. Lebih-lebih ketika saya disodori koran yang headlinenya 'Muktamar NU Gaduh, Muktamar Muhammadiyah Teduh’. Saya mohon sekali lagi, kita membaca surat Al-Fatihah dengan ikhlas, mohon syafaatnya (Nabi Muhammad SAW),” tutur Gus Mus.

Gus Mus yang dikenal juga sebagai penyair ini mengatakan, bahwa posisi Rais Aam yang membuanya dalam posisi seperti ini. Jabatan ini disebutnya diterimanya karena KH Sahal Mahfud wafat sehingga dirinya yang memikul beban ini. "Saya pinjam telinga anda, doakan saya, ini terakhir saya menjabat jabatan yang tidak pantas bagi saya. Dengarkanlah saya sebagai pemimpin tertinggi anda,” ujarnya.

Peserta muktamirin makin tidak ada yang bersuara. Semua diam mendengarkan nasihat dari sosok yang paling dihormati dan disegani di NU. Bukan hanya karena posisinya sebagai Rais Am, tetapi lebih dari pada pribadinya yang boleh dibilang selalu jernih dalam memandang persoalan. Lebih karena pribadi di mana apa yang diucapkan selalu sama dengan apa yang dilakukan.

"Mohon dengarkan saya, dengan hormat kalau perlu saya mencium kaki-kaki anda semua agar mengikuti akhlakul karimah, Akhlak KH Haysim Asy'ari dan pendahulu kita. Saya panggil kiai sepuh, rata-rata mereka prihatin semua, prihatin yang sangat mendalam. Di tanah ini terbujur kiai-kiai kita, di sini NU didirikan apa kita mau meruntuhkan di sini juga, Naudzubillah, saya mohon dengan kerendahan hati Anda melepaskan semuanya, dan memikirkan Allah dan pendiri kita,” kata Gus Mus.

Gus Mus kemudian membeberkan hasil pertemuan antara para pengurus besar NU, pengurus wilayah dengan para kiai sepuh. Langkah ini dilakukan agar solusi untuk memecah kebuntuan di Muktamar NU ini tidak sama dengan di Senayan.

Gus Mus menyebut, pertama, apabila ada pasal yang belum disepakati dalam muktamar tentang pemilihan Rais Aam, tak bisa melalui musyawarah mufakat, maka akan dilakukan pemungutan suara oleh para Rois Syuriah

"Kalau nanti Anda-Anda tidak bisa disatukan lagi, maka saya dengan para kiai memberikan solusi, kalau bisa musyawarah kalau tak bisa pemungutan suara. Itu AD/ART kita. Karena ini urusan pemilihan Rais Aam, maka kiai-kiai akan memilih pemimpin kiai,” ujarnya.

Dan tatib yang sudah disepakati, tegas Gus Mus perlu segara dilakukan. "Kalau ini Anda tetap tidak terima, maka saya yang terima, karena saya hanya Mustafa Bisri, saya hanya orang yang ditimpa kecelakaan menjadi pengganti Kiai Sahal. Kalau tidak, lepaskan saya saja. Doakan mudah-mudahan saya hanya sekian saja untuk jadi Rais Aam,” ungkapnya.

Gus Mus kemudian cerita bahwa dirinya belum tidur karena memikirkan Muktamar NU dan para muktamirin. Kemudiaan Gus Mus menutupnya dengan sebuah permintaan maaf yang bersaja. "Sebagai penanggung jawab muktamar, saya mohon maaf kepada semua muktamirin terutama yang dari jauh dan tua-tua, teknis panitia yang mengecewakan anda, maafkan lah mereka, karena itu kesalahan saya, mudah-mudahan anda sudi memaafkan saya,” ujarnya. (cnn)

      Berita Daerah  :

      Berita Nasional :