Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
majalahbuser.com - Magelang.  Diduga konsleting, pasar relokasi  atau biasa disebut Pasar Ular yang berada di sebelah timur laut kompleks candi Borobudur, yang baru sekitar 5 tahun disediakan oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB), terbakar  pada kamis (02/10) sekitar pukul 12.30 WIB.

Pasar yang diisis oleh oleh  Para pedagang untuk Sentra  Kerajinan dan Makanan Borobudur (SKBM) kini ludes. 
Kamis, 2 Oktober 2014

Sentra Kerajinan dan Makanan Borobudur terbakar
"Terus terang, kami belum tahu harus bagaimana-bagaimana kedepan yang penting, saat ini kami selamatkan dulu barang-barang dagangan yang masih tersisa. Kedepan mau bagaimana belum terpikirkan," kata Heri Siswanto, salah satu pedagang yang mengelola lima kios milik keluarganya di SKMB, yang semuanya habis terbakar. 

Hal yang sama juga dikatakan Kelik, "Untuk saat ini, kami konsentrasi ke barang-barang dagangan kami dulu. Namun kedepan, kami tetap minta PT TWCB memberikan tempat sementara agar kami bisa berjualan lagi. Terus-terang, ini satu-satunya mata pencaharian kami," harapnya.

Meski diduga kuat penyebab kebakaran tersebut adalah karena hubungan arus pendek, namun beredar kabar bahwasannya terbakarnya SKBM itu karena unsur kesengajaan oknum.

"ini bukan karena konsleting, tapi ini sabotase, karena sengaja dibakar oleh oknum yang ingin menguasai daerah ini. Para oknum  tersebut ingin memiliki kios dan mereka ingin berjualan di taman, karena beberapa hari sebelumnya terjadi keributan yang intinya orang-orang baru, yang berasal dari luar daerah Borobudur ingin ikut berjualan di kios" terang Wanto yang mengaku ikut melerai saat terjadi keributan itu.

Salah seorang warga Borobudur yang enggan disebut  namanya juga membenarkan perihal tersebut. "Ada orang yang mempunyai power, yang ingin merusak keharmonisan para pedagang yang ada dengan cara ikut berjualan di taman, mereka berjualan tapi tidak aturan, tidak mau diatur,  mereka berjualan ditempat-tempat yang semetinya tidak untuk berjualan,  bahkan kios-kios yang mereka pernah minta dengan paksa pada tahun 2004an lalu telah dijual, sekarang mereka meminta lagi kepada pengelola taman, mungkin  karena tidak dikabulkan jadi mereka membakar kios-kios yang ada, dengan tujuan nanti setelah dibangun kios-kios baru, mereka akan kembali meminta lagi dan akan dijual lagi, karena ini memang pernah terjadi sekitar tahun tahun 2006 2007, meski saat itu tidak sampai seperti sekarang ini'' terangnya dengan nada kesal.

Sebelumnya, Retno Hardisiwi, Direktur Operasional PT TWCB menegaskan, sebagai tindaklanjut setelah peristiwa itu, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan semua pihak mulai dari pedagang, kepolisian maupun pihak-pihak terkait lainnya.

"Secepatnya kami akan sediakan tempat sementara untuk para pedagang. Ini penting, agar mereka dapat berjualan lagi. Terus-terang, mereka (pedagang) adalah mitra kerja kami. Di sela-sela itu, kami juga menunggu hasil penyelidikan dari kepolisian, jadi peristiwa ini jangan dibesar-besarkan" jelasnya. (hm/herlit)
      Berita Daerah  :

      Berita Nasional :