Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Nama Norman Kamaru semakin meroket saja. Setidak-tidaknya semenjak adegannya berlipsync-ria di situs you tube, hingga ia diinfus di rumah sakit.  Nama Norman Kamaru selalu menghiasi media massa. Lebih-lebih hampir semua TV kerapkali menayangkan 'tingkah baru' sosok anggota Brimob Gorontalo itu. Karena diliputi beban tugas kedinasan yang begitu berat, agaknya sah-sah saja bila polisi itu merefresingkan diri dengan ber-'gerak' ala India, meski sambil duduk-duduk di ruang jaga di kantornya.

Karena masih dibarengi dengan jiwa kedisiplinan dan tanggungjawab yang sangat besar, makanya di luar jam dinas ia tetap hadir dan berseragam uniform kebesarannya. Dari sudut pandang kecintaannya dengan tugasnya saja sudah dapat dinilai : betapa baik dan piro-piro gelem teko.
25/04/2011
Ketika Polisi Berjoged India :
Norman Kamaru Memang Normal dan Tidak Kemaruk
Oleh : Ahmad Fanani Mosah
Walhasil: alhamdulillah mau datang ketika sedang tidak ada jam dinas. Bagi orang yang acuh tak acuh dan atau tidak punya dedikasi yang tinggi terhadap tugasnya, tentu dalam benaknya dia bilang : "ngapain datang, wong saya kosong jam kok…!".

Sesungguhnya kalau ditilik dari segi gerakan (jogged)nya, Norman tidak seperti tokoh idolanya, Shahrukhan yang - tentu saja - lebih lincah dan lebih atraktif dengan gerakan patah-patah sebagai ciri khas tari India. Adegan polisi joged, sejatinya sudah ditampakkan dalam Film Begadang (Rhoma Irama di era 80-an).
Maklum saja pijakan Bang Haji (sapaan akrab Rhoma Irama) bahwa seni itu indah dan mulia. Hadits Nabi Saw : "Innalloha jamilun, wa huwa yuhibbul jamal" (sesungguhnya Alloh itu baik/indah, dan Dia (Alloh) menyukai kebaikan/keindahan). Bahkan tokoh ulama' ahli sufi, Imam Ghozali yang terkenal lewat karyanya, Ihyaulumuddin, pernah berujar bahwa berlagu/menyanyi - tentang ketuhanan - dengan penuh penghayatan akan lebih mendekatkan kepada Tuhan itu sendiri, ketimbang mangaji yang tidak dimengerti maknanya apalagi tidak teratur bacaannya.

Bahkan ada sebuah analisa ('tuduhan') yang sangat tajam dan sangat cukup menohok orang per-orang yang menyepelekan seni. Kata  Imam Ghozali bahwa orang yang tidak mengenal seni itu bagaikan binatang. Hatinya keras, jiwanya kaku. Sulit bergaul dengan orang. Egonya besar. Tidak sanggup  bekerja secara team work. Maunya menang sendiri dan tidak bisa menerima masukan/usulan dari orang lain.

Hanya saja banyak orang yang menyalahkan hikmah seni itu sendiri. Mereka 'memperkosa' seni demi hawa nafsunya. Akhirnyapun tidak segan-segan  para pembenci seni itu  mengkambinghitamkan seni. Maka idealnya seni itu memang harus dilapisi dengan iman dan taqwa. Bukankah tabiat Umar Bin Khothob yang terkenal bringas bin sangar itu menjadi luluh hatinya, tatkala mendengar adiknya, Fatimah yang sedang men'deres' Alqur'an ?. Lantas pemuda yang sangat benci Islam dan bahkan berencana akan membunuh kanjeng nabi itu sadar dan menyatakan diri masuk Islam. Kemudian dalam perjalanan sepak-terjangnya malah bertekad mengamankan kanjeng nabi khususnya dan  membela Islam umumnya.

Di segmen lain, suatu ketika Rosululloh menggendong istrinya, Aisyah gara-gara Aisyah tidak kelihatan (terhalang penonton laian) yang sedang menyaksikan pertunjukan musik (rebana, waktu itu). Ini pertanda bahwa Rosul merestui adanya seni yang memang betul-betul untuk kemaslahatan ummat. Perkembangan berikutnya muncul tulisan khot wahyu alqur'an pada dedaunan, kulit pohon, kulit binatang dll, yang digarap oleh Zaid Bin Tsabit, yang kemudian kesohor sebagai sekretaris Nabi. Hingga saat ini yang dapat kita sakasikan, ber munculanlah     hiasan-hiasan dinding, kalender, sajadah, garis tepi alqur'an, qubah masjid dsb,  yang kita sebut karya seni kaligrafi.

Sementara di bidang tarik suara/olah vocal, tersedia MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur'an) sebagai hal yang bersumber dari aktifitas mengaji, adzan dan atau bernyanyi sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Daus AS, yang konon memiliki kemampuan bertarik suara yang merdu.
Maka tidak berlebianlah manakala Norman Kamaru menyalurkan bakat seninya, sebagai selingan ketika ia dan sekawan koleganya lelah / penat usai melaksanakan tugas beratnya. Dengan demikian jika Norman sudah bertekad mengabdi dan berdedikasi pada tugas di satuannya, tidak boleh kemaruk (berlebihan) menyanyi, sehingga jam dinasnya terbengkalai (*)


Sebuah Catatan Kecil Budaya Bangsa
Oleh : Ahmad Fanani Mosah
Penulis Adalah Pemerhati Seni, Guru SMP Negeri 3 Babat, Hp: 0857 309 248 76

Ahmad Fanani Mosah, Penulis dan Pemerhati Seni, Guru SMPN-3 Babat Lamongan

OPINI
      Berita Nasional :

      Berita Daerah  :