Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
Kematian satwa di KBS dari pengelolaan yang dipegang Tim Pengelola Sementara (TPS) hingga beralih ke Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS), perusahaan daerah milik Pemkot Surabaya, itu tentu mengundang keprihatinan.
Senin, 3 Februari 2014

Januari 2013 - 1 Februari 2014, 235 Ekor Satwa di KBS Mati

Surabaya - Penyebab kematian satwa koleksi Kebun Binatang Surabaya (KBS) secara beruntun belakangan ini menyisakan pertanyaan. Koleksi satwa KBS kini menyisakan 3.453 ekor setelah 235 ekor mati.
Aksi simpatik 'Selamatkan KBS' di depan Kebun Binatang Surabaya

Publik memang kembali dikejutkan ketika periode Januari hingga awal Februari 2014 ini disuguhi kematian 6 ekor satwa lagi. Padahal harapan publik kepada PDTS cukup besar.

Namun di bawah pengelolaannya sejak Juli 2013, sudah mencapai 106 ekor satwa yang juga tak bisa diselamatkan nyawanya.

Catatan detikcom, 6 ekor satwa mati lagi pada dua bulan di awal tahun 2014.

Senin (4/1/2014), Gnu jantan berusia 4 tahun ditemukan mati. Dari outopsi, satwa yang dinamai 'Dedy' ini mengalami tympani atau gangguan kembung di perut.

Nama lain gnu adalah wildebeest. Herbivora asal Afrika ini sejenis antelope atau mirip sapi. Mereka tinggal dalam kawanan dan hidup di savana

Senin (7/1/2014), Singa Afrika jantan bernama Michael ditemukan tergantung di kandangnya dengan kondisi lehernya tercekik kawat baja pembuka pintu kandang. Posisinya seperti orang gantung diri.

Berdasarkan autopsi, Michael mati karena kehabisan nafas. Namun soal posisinya yang seperti gantung diri, jadi pertanyaan. Polisi turun tangan. Sayang, saat polisi memulai penyelidikan, TKP atau kandang sudah banyak berubah.

Polisi sudah memeriksa saksi-saksi terkait kejadian tragis ini. Namun hingga saat ini belum diketahui pasti apakah raja hutan berusia 1,5 tahun itu mati 'normal' atau dibunuh.

Selasa (14/1/2014), Kambing Gunung yang berusia 6 bulan ditemukan mati. Dari hasil otopsi, ada memar di leher kiri dan beberapa pembuluh darah kecil pecah. Menurut pengelola, kematian Kambing Gunung dinilai wajar yang diduga tertabrak satwa sejenis yang lebih besar atau berkelahi sasama satwa.

Jumat (31/1/2014), Seekor kijang jenis barking deer (muntiacus muntjak) berumur 7 tahun mati di kandangnya dengan mulut berbusa. Sebelum mati, pengunjung menyaksikan kijang yang bunting 2 bulan itu kejang-kejang beberapa menit. Pengelola KBS kembali meyakinkan kematian satwa tersebut akibat gagal mengeluarkan janin yang dikandungnya

Sabtu (1/2/2014) pagi, Seekor Rusa Bawean jantan mati. Rusa itu mati saat dalam perawatan di tempat karantina KBS. Rusa itu sebelumnya diamputasi kakinya karena luka pada kakinya setelah berusaha meloncat ke sebelah kandang

Sabtu (1/2/2014) siang, Komodo berumur 7 tahun juga ditemukan mati di kandang nomor 5 dengan kondisi lidah terjulur. Kematian komodo itu kali pertama ditemukan penjaganya. Koleksi komodo di KBS pun tersisa 57 ekor

Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Farman menyatakan proses penyelidikan masih berlangsung dengan melibatkan tim dokter dari Universitas Airlangga (Unair).

"Masih jalan, kita tunggu hasil laboratorium dari Unair," kata Farman, Minggu (2/2/2014).

Mengenai Michael, Farman sangat kecewa karena saat polisi datang ke lokasi ternyata sudah tak lagi steril alias acak-acakan sehingga mempengaruhi penyelidikan.

Dari catatan, periode 17 Juli 2013 hingga 1 Februari 2014 di bawah pengelolaan PDTS, 100 ekor satwa mati. Jumlah itu sedikit lebih di bawah angka kematian satwa KBS saat dikelola oleh Tim Pengelola Sementara (TPS) yang tercatat pada Januari hingga Juni 2013, mencapai 129 ekor satwa yang mati.

Sebelumnya, Humas KBS Agus Supangkat mengatakan jumlah satwa yang mati sejak dikelola PDTS pada Juli hingga Desember 2013 sebanyak 100 satwa. Kematiannya diakibatkan faktor usia dan penyakit.

"Kuartal pertama ada 61 satwa dan kuartal kedua 39 satwa yang mati, totalnya 100 ekor satwa yang mati. Semuanya wajar-wajar saja karena faktor usia dan sakit yang diderita satwa," jelas Agus.

Saat ini tambah Agus, di KBS terdapat 199 jenis satwa. Jumlah keseluruan satwa hingga 2 Februari 2014 sebanyak 3.453 ekor satwa. (dtk)
      Berita Nasional :

      Berita Daerah  :