Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
copyright . 2015 @ majalahbuser.com
Kediri – Kemarau panjang yang telah berlangsung selama lebih dari 6 bulan menyebabkan terjadinya kekeringan di Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Debet air menurun hingga 10 meter dan lahan pertanian warga kini banyak yang sudah mengering.
Jum'at, 30 Oktober 2015

Pembagian Air Tak Merata, Lahan Pertanian Kediri Alami Kekeringan
Kekeringan terjadi merata hampir di seluruh kecamatan diantaranya, Gampengrejo, Papar, Purwoasri, Kunjang, Semen, Mojo dan masih banyak lagi. Kondisi ini masih diperparah lagi dengan pembagian air dari Bendung Gerak Waru Turi yang tidak merata.

Khomarudin, warga Desa Turus, Kecamatan Gampengrejo mengatakan, pasokan air dari bendungan sudah tidak mencukupi kebutuhan air irigasi. Petani terpaksa memanfaatkan mesin disel untuk menyedot air tanah. Sementara bagi mereka yang tidak memiliki mesin disel, terpaksa menyewa dari petani lain.

“ Beruntung saya memiliki disel sendiri. Sehingga, tidak perlu menyewa, hanya membeli BBM-nya saja. Tetapi bagi petani yang tidak punya mesin disel, mereka harus menyewa. Harga sewa mesin disel ini dihitung per jamnya, tetapi ada pula yang hanya dibebankan membeli BBM-nya saja,” keluh Khomarudin, Kamis (29/10/2015)

Diakui Khomarudin, lahan pertanian di Desa Turus dilewati aliran air irigasi dari Bendung Gerak. Tetapi sejak musim kemarau tiba, volume air yang mengalir sudah tidak mencukupi kebutuhan petani. Selain debet air yang berkurang, hal itu disebabkan oleh pembagian air yang tidak merata.

“ Pembagian air dari bendungan lebih banyak mengalir ke daerah Jombang. Petani tidak bisa berbuat banyak mengenai masalah ini. Kami sebenarnya sudah melaporkan persoalan ini kepada pihak desa. Tetapi belum mendapatkan respon,” beber Khomarudin.

Dalam kondisi krisis air sekarang ini, terdapat beberapa petani yang memilih untuk membiarkan lahan pertaniannya menganggur. Itu karena tanahnya mengering. Sedangkan bagi petani yang tetap menanam tanaman seperti padi dan palawija mengaku, khawatir hasilnya pertanian akan merosot, dan tidak sebanding dengan biaya operasional yang sudah dikeluarkan.

Pembagian air irigasi Bendung Gerak yang tidak merata ini dibenarkan oleh Mantan Wakil  Bupati Kediri Masykuri Ikhsan. Pihaknya telah melaporkan persoalan ini ke tingkat Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan harapan segera ditindak lanjuti. Menurut Masykuri pembagian air bendungan bukan lagi kewenangan pemerintah daerah, melainkan pemprov.

“ Saya sudah berkeliling ke beberapa desa dan keluhannya sama. Para petani meminta agar ada pengaturan ulang air irigasi ini dari bendungan. Saya sendiri sudah melakukan pengecekan langsung dan kondisinya memang demikian,” jelas Masykuri.

Ditambahkan olehnya, air irigasi dari Bendung Gerak lebih banyak mengalir ke wilayah Kabupaten Jombang daripada Kabupaten Kediri. Padahal, lahan pertanian di Kabupaten Kediri jauh lebih luas. Ironisnya lagi, air irigasi yang mengalir ke Jombang justru lebih banyak dimanfaatkan untuk kegiatan industri.

Bendung Gerak Waru Turi sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pembagian air untuk saranan irigasi pertanian dari bendungan belum pernah diatur ulang. Pengaturan tersebut hanya bisa dilaksanakan pemprov sebagai pemangku wilayah. (nng)
      Berita Nasional :

      Berita Daerah  :